3/21/13

Permen Karet

NOLKILO - Dahulu, di era 80-an, Permen Karet menjadi favorit dan disukai oleh banyak remaja/ anak muda dengan alasan pergaulan. Penghobi Permen Karet akan merasakan sensasi sebagai orang keren dan gaul. Hal ini disebabkan saat itu sedang demam budaya 'Lupus' - Mahluk manis dalam bis.

Yah! Lupus yang merupakan tokoh ciptaan Hilman begitu ngetop. Novelnya laris manis setelah tampil di majalah HAI bahkan sempat diangkat ke layar lebar dalam beberapa judul film. Saya lupa judul-judulnya.

Konon, Permen Karet bisa membantu program diet alias menurunkan berat badan karena perut merasa kenyang sehingga nafsu makan menjadi berkurang. Konon pula Permen Karet bisa menyehatkan gigi karena kebiasaan mengunyah dalam waktu lama akan membuat gigi berolahraga. Ahh, saya waktu itu tidak terlalu peduli dengan alasan kesehatan karena kesukaan yang merupakan hasil tiruan teman sebaya dan mengikuti trend Lupus hanya mengejar perasaan 'gaya' saja. Rasanya, kata Syahrini, 'SESUATU BANGET!' dan 'CETAR MEMBAHANA'.

Kini, di era tahun 2000-an, saya jarang sekali menemukan dan melihat remaja gaul mengunyah Permen Karet. Trend Lupus tidak bisa menembus batas ruang dan waktu walaupun beberapa saat lalu ada film remake serial Lupus di televisi. Permen Karet menjadi menu kuliner iseng yang langka penggemarnya. Mungkin hanya kalangan khusus yang sedikit jumlahnya.

Eh, trend Lupus juga melahirkan model rambut jambul lhoo ... Maka ketika sekarang ada artis yang merasa menjadi kreator 'jambul khatulistiwa; sebetulnya itu hanyalah pengulangan mode rambut saja. Penambahan aksesoris dan penamaan baru tidak merubah esensi si jambul yang merupakan bawaan budaya masa lalu.

Asyik juga bernostalgia tempo doeloe yaa ... Apakah anda mempunyai kenangan yang sama?

No comments:

Post a Comment