NOLKILO - Konon, Musyawarah untuk mufakat adalah ciri khas demokrasi Indonesia. Artinya semua bisa di-musyawarah-kan untuk mencari sampai menemukan kata sepakat yang disetujui sebagian besar pihak yang terlibat.
Hal ini benar adanya.
Tetapi dalam kehidupan langsung di lapangan, Musyawarah untuk mufakat menjadi sebuah senjata baru yang ampuh yaitu lahirnya budaya 'KOLUSI, KORUPSI dan NEPOTISME'.
Jargon yang berkembang di masyarakat, jika terkena 'sesuatu' akan diadakan musyawarah hingga sampai pada kesimpulan : WANI PIRO? BERAPA HARGA YANG PANTAS UNTUK DIBAYARKAN SEBAGAI PENGGANTI KESEPAKATAN?
Musyawarah untuk mufakat bisa berada dimana-mana dalam sebagian besar instansi dan lembaga besar maupun kecil. Jika diterapkan secara benar pasti membawa manfaat kebaikan tetapi saat dilakukan oleh orang tamak maka akan membawa negeri ini ke jurang kehancuran dalam segala bidang. WANI PIRO? Ini adalah mantera ampuh untuk menyatakan pendapat yang menguntungkan diri sendiri dan mengorbankan kepentingan umum.
Hal ini benar adanya.
Tetapi dalam kehidupan langsung di lapangan, Musyawarah untuk mufakat menjadi sebuah senjata baru yang ampuh yaitu lahirnya budaya 'KOLUSI, KORUPSI dan NEPOTISME'.
Jargon yang berkembang di masyarakat, jika terkena 'sesuatu' akan diadakan musyawarah hingga sampai pada kesimpulan : WANI PIRO? BERAPA HARGA YANG PANTAS UNTUK DIBAYARKAN SEBAGAI PENGGANTI KESEPAKATAN?
Musyawarah untuk mufakat bisa berada dimana-mana dalam sebagian besar instansi dan lembaga besar maupun kecil. Jika diterapkan secara benar pasti membawa manfaat kebaikan tetapi saat dilakukan oleh orang tamak maka akan membawa negeri ini ke jurang kehancuran dalam segala bidang. WANI PIRO? Ini adalah mantera ampuh untuk menyatakan pendapat yang menguntungkan diri sendiri dan mengorbankan kepentingan umum.
No comments:
Post a Comment